KANKER KOLON DAN REKTUM

Diseases_Conditions
Kolon dan Rektum

Kanker Kolon dan Rektum atau Kanker Kolorektum merupakan kanker terganas di Singapura. Jumlahnya mengalami peningkatan dan kanker ini telah menjangkit paling banyak orang dalam tahun-tahun belakangan ini. Probabilitas masa hidup seseorang dengan kanker kolorektum diperkirakan 1 dari 20 orang, dan angka ini antara yang tertinggi di dunia. Sejumlah besar pasien masih divonis berada pada stadium lanjut. Ini adalah sebuah tragedi karena kebanyakan sebenarnya bisa disembuhkan apabila terdeteksi sejak dini. Tingkat kesembuhan untuk kanker kolon terlokalisir bisa mencapai 90%.

 Apa yang dimaksud dengan kanker kolon dan rektum?

Kolon merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan, tempat disimpannya kotoran. Rektum berada di ujung kolon, berdekatan dengan anus. Tumor kolon dan rektum adalah pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang melapisi bagian dalam usus besar.

Tumor usus besar yang jinak disebut polip. Polip yang jinak bisa dengan mudah diangkat pada saat dilakukannya kolonoskopi dan ini tidak membahayakan jiwa. Apabila tidak diangkat dari usus besar, maka polip di kemudian hari bisa menjadi ganas (kanker). Sebagian besar kanker usus besar dipercaya berasal dari polip.

Siapa yang beresiko?

Walaupun kanker kolorektum bisa menjangkit usia manapun, sekitar 90% pasien berusia di atas 50 tahun. Selain usia, faktor-faktor resiko lainnya meliputi:

  • Riwayat kanker kolorektum dalam keluarga (keturunan)
  • Orang Cina beresiko lebih tinggi dari semua ras lainnya di Singapura
  • Riwayat polip atau kanker kolorektum atau kolitis ulseratif pribadi
  • Kanker organ-organ lainnya, terutama payudara atau rahim atau ovarium
  • Gaya hidup tanpa banyak aktivitas dan obesitas
  • Diet yang sarat lemak hewani atau daging yang dimasak pada suhu tinggi
  • Merokok dan minum-minuman beralkohol

Apa saja gejala-gejalanya?

Pada stadium awal, Anda barangkali tidak memiliki gejala apapun. Gejala-gejala awal kanker kolorektum bisa tidak kelihatan dan bisa meliputi sebagai berikut:

  • Darah dalam kotoran
  • Perubahan kebiasaan buang air besar (misalnya, konstipasi atau kotoran encer)
  • Perut nyeri dan lembek atau kembung
  • Berat badan turun tanpa alasan yang jelas
  • Anemia (kurangnya sel darah)
  • Merasa usus tidak benar-benar kosong bahkan setelah baru saja buang air besar

Bagaimana cara pencegahan kanker kolorektum? 

Ada dua strategi yang mungkin bisa diterapkan.
Pertama, kurangi faktor-faktor resiko Anda apabila memungkinkan:

  • Kurangi asupan lemak, terutama dari binatang seperti daging merah. Kurangi makan daging yang dimasak pada suhu tinggi
  • Batasi konsumsi alkohol dan berhentilah merokok
  • Berolahragalah secara teratur dan rajinlah bergerak
  • Mengkonsumsi buah-buahan, sayur, dan gandum utuh yang mengandung serat dan antioksidan

Kedua, lakukan pemeriksaan kanker kolorektum. Sebagian besar kanker kolon dan rektum dipercaya berkembang dari polip. Dateksi kolonoskopi dan pengangkatan polip akan mengurangi resiko kanker kolorektum. Pengangkatan polip berarti mencegah potensi kanker. Di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Utara, angka kematian akibat kanker kolorektum telah menurun, dan ini disebabkan oleh pemeriksaan, deteksi dini, pencegahan dengan polipektomi, dan kemajuan dalam pengobatan.

  • Anda disarankan untuk memeriksakan kolon Anda sejak usia 50 tahun untuk mendeteksi polip atau kanker kolorektum, walaupun Anda tidak memiliki gejala apapun.
  • Pasien bisa yakin bahwa pemeriksaan kolonoskopi yang terjadwal dengan teratur (tergantung pada penilaian faktor-faktor resiko Anda) bisa menghilangkan polip dan mencegah perkembangan kanker. Baca lebih lanjut mengenai Pemeriksaan untuk Mencegah Kanker Kolorektum

Bagaimanakah cara penyebaran kanker kolorektum?

Sel-sel kanker kolorektum bisa berkembang jauh ke dalam dinding kolon atau rektum dan menuju jaringan lemak di sekitar kolon dan rektum. Kanker kolorektum juga bisa menyebar melalui saluran-saluran limfatik ke kelenjar getah bening di sekitarnya. Di beberapa kasus, sel-sel kanker ini menyebar melalui pembuluh darah menuju bagian-bagian tubuh lainnya, seperti hati atau paru-paru.

Bagaimana cara mendeteksi kanker kolorektum?

Orang-orang yang memiliki faktor-faktor resiko seperti keturunan penderita kanker kolorektum atau berusia di atas 50 tahun sebaiknya mulai melakukan pemeriksaan kanker kolorektum. Tes-tes ini digunakan untuk mendeteksi polip, kanker, atau masalah lainnya, walaupun ketika orang tersebut tidak memiliki gejala apapun.

Apabila Anda sudah memiliki gejala-gejala seperti yang telah disebutkan di atas, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Dokter Anda akan melakukan kajian medis dan pemeriksaan fisik yang lengkap, dan apabila dianggap perlu akan menyarankan Anda untuk dites, termasuk tes darah dan kolonoskopi. Kolonoskopi adalah teleskop fleksibel yang panjang dan tipis, yang memiliki sumber cahaya sendiri; alat ini dimasukkan melalui rektum menuju kolon. Kolonoskopi bisa mengidentifikasi kelainan pada kolon, mengangkat polip, dan mengambil jaringan untuk biopsi. Kolonoskopi bisa dilakukan sehari saja tanpa perlu rawat inap di klinik endoskopi. Baca lebih lanjut mengenai Kolonoskopi

Apabila diyakini sebagai kanker, maka akan dilakukan tes-tes lanjutan seperti tes darah dan CT scan untuk tubuh guna mengkaji stadium kanker. Staging merupakan proses yang bisa memberitahu dokter stadium kanker pasien. Staging ini didasarkan pada tingkat serangan kanker, apakah kelenjar getah bening mengandung kanker, dan apakah kanker telah menyebar dari lokasi awal ke bagian tubuh lainnya. Tampak luar kanker kolorektum akan tergantung pada seberapa tinggi stadiumnya.

Bagaimana cara mengobati kanker kolorektum?

Penanganan terpenting untuk kanker kolorektum adalah operasi, dan kebanyakan, ini bisa menyembuhkan secara tuntas. Terapi radiasi dan kemoterapi kadang-kadang digunakan sebagai tambahan dari operasi.

Selama operasi, dokter bedah akan membuang bagian usus besar yang berisi kanker. Semua kelenjar getah bening di sekitarnya juga akan dibuang karena apabila kanker hendak menyebar, seringkali penyebaran pertama adalah menuju kelenjar getah bening. Ujung-ujung usus besar yang tersisa akan disambungkan kembali. Apabila kanker terlalu dekat atau telah menyerang anus, kolon tidak bisa disambung kembali; untuk itu mungkin perlu dibuatkan lubang buatan pada dinding abdomen untuk kolon, yang disebut sebagai kolostomi (atau stoma). Lubang ini berguna untuk mengeluarkan kotoran dari dalam tubuh ketika anus tidak bisa digunakan atau telah diangkat. Kolostomi ini bisa sementara ataupun permanen.

Dengan kemajuan teknologi moderen dalam pembedahan, lebih dari 95% pasien kanker kolorektum tidak memerlukan kolostomi permanen. Faktor terpenting untuk menentukan apakah anus perlu dibuang adalah jarak antara kanker dengan bagian atas kanal anal, stadium kanker, luas dan ukuran kanker. Di beberapa kasus, stoma sementara bisa dibuatkan untuk mengalihkan aliran kotoran agar sambungannya bisa sembuh. Ketika wilayah ini sudah sembuh total, operasi minor ke-dua perlu dilakukan untuk menutup stoma.

Bedah kanker kolon dan rektum

Bedah Terbuka Standar

Bedah terbuka standar membutuhkan sayatan panjang pada abdomen. Bedah ini meliputi pengambilan satu bagian kolon dan/atau bagian rektum, sekaligus pembuluh darah dan kelenjar getah beningnya. Ujung-ujung yang masih baik akan disambungkan untuk membentuk anastomosis yang nantinya akan memulihkan fungsi saluran pencernaan. Rawat inap di RS adalah sekitar 1 minggu, tergantung pada pemulihan pasien.

Bedah Laparoskopi (Lubang kunci)

Bedah laparoskopi (lubang kunci) melakukan sayatan lubang kunci kecil pada dinding abdomen dan bedah dilakukan menggunakan instrumen panjang khusus dan kamera bedah. Prosedur yang sama persis dengan bedah terbuka standar dilakukan di bagian dalam menggunakan instrumen lubang kunci untuk mengangkat bagian usus besar yang berpenyakit, sekaligus dengan pembuluh darah dan kelenjar getah beningnya. Ujung-ujung yang masih sehat akan disambungkan untuk mengembalikan fungsi saluran pencernaan. Langkah-langkah pembedahan ini mirip dengan bedah terbuka, namun memiliki keuntungan lebih, yakni luka yang lebih kecil, rawat inap lebih singkat, dan periode pemulihan yang lebih cepat. Dr Quah sangat mahir dalam bedah laparoskopi. Disini kami rutin melakukan bedah kolorektum laparoskopi.

Bagaimanakah tampak luar kanker kolorektum?

Antara 80%-95% pasien kanker kolorektum sembuh ketika kanker terdeteksi dan diobati saat masih berada pada stadium dini. Tingkat kesembuhan akan turun menjadi kurang dari 50% apabila baru terdiagnosa pada stadium lanjut. Pemeriksaan (screening) adalah pendeteksian kanker kolorektum stadium dini atau polip (yang belum menjadi kanker) dimana tidak ada gejala. Sampai pada waktu gejala mulai muncul, beberapa pasien yang divonis kanker sudah berada pada stadium lanjut.

Semakin dini pasien mendapatkan perawatan, maka kesempatan sembuh akan lebih besar. Perkembangan teknik bedah dan perawatan yang lebih baik telah membuat dokter bedah sekarang bisa mengoperasi pasien dengan tingkat komplikasi yang rendah, begitu juga pasien yang dulunya dianggap terlalu tua untuk dioperasi atau ketika kanker tadinya dianggap terlalu ganas.